Senin, 13 Mei 2013

KONSEP,KEDUDUKAN,FUNGSI DAN URGENSI MEDIA DAALAM PEMBELAJARAN PAI



KONSEP, KEDUDUKAN, FUNGSI DAN URGENSI MEDIA DALAM  PEMBELAJARAN PAI



Mata Kuliah               :  TEKNOLOGI DAN MEDIA PENDIDIKAN
Dosen                          :  Dr.DEDEN MAKBULOH, M.Ag
                                       Dr. JAMAL FAKHRI, M.Ag



Penulis                                    : Kelompok I
 Abu yazid
 Ahmad Syupri
 Asmawati
 Barno
 Basuki
           




                                                                               



PROGRAM STUDI  ILMU TARBIYAH
SUPERVISI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PASCA SARJANA  IAIN RADEN INTAN LAMPUNG




A.     PENDAHULUAN
Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang sangat penting yang menjadikan Islam sebagai ciri khas dalam pendidikannnya. Hingga saat ini Pendidikan Agama Islam masih dihadapkan pada tantangan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar mampu berkiprah dalam kehidupan masyarakat modern. Studi kualitas tentang bidang studi Pendidikan Agama Islam menunjukkan beberapa kelemahan, baik dilihat dari proses maupun hasil belajar antara lain dalam aspek metodologis. Dalam proses pembelajaran di kelas pendekatan ekspositoris sangat dominan selama proses belajar
Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasalahan yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian “pengetahuan tentang Agama Islam.” Hanya sedikit yang arahnya pada proses internalisasi nilai-nilai Islam pada diri siswa. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru masih dominan ceramah.
Proses internalisasi tidak secara otomatis terjadi ketika nilai-nilai tertentu sudah dipahami oleh siswa. Artinya, metode ceramah yang digunakan guru ketika mengajar Pendidikan Agama Islam berpeluang besar gagalnya proses internalisasi nilai-nilai agama Islam pada diri siswa, hal ini disebabkan siswa kurang termotivasi untuk belajar materi Pendidikan Agama Islam.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Dalam sistem pendidikan modern, fungsi guru sebagai penyampai pesan-pesan pendidikan tampaknya perlu dibantu dengan media pendidikan, agar proses belajar mengajar pada khususnya dan proses pendidikan pada umumnya dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Hal itu disebabkan antara lain, materi pendidikan yang akan disampaikan semakin beragam dan luas mengingat perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat. Dewasa ini guru bukanlah satu satu-satunya sumber belajar dan penyampai pesan-pesan pendidikan sebagaimana pernah terjadi sebelum tahun lima puluhan. Mulai tahun itu teori komunikasi social mulai masuk ke dalam pendidikan, terutama alat Bantu pandang dengar atau audio visual aid dan telah mulai digunakan dalam penyampaian pesan-pesan pendidikan. Media pendidikan ini tidak saja sebagai alat Bantu pendidikan, juga berfungsi sebagai penyalur pesan-pesan pendidikan.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan terutama di bidang telekomunikasi dan teknologi abad ini terjadi dengan begitu cepatnya. Pada masa yang akan datang menurut prediksi para ahli (futurist) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan lebih pesat lagi bahkan semakin tidak terkendali.
Menurut Nana Syaodih yang dikutif oleh Ahmad Rofiq, perkembanagan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang komunikasi-informatika tersebut telah membawa berbagai perubahan mendasar dalam bidang pendidikan. Kalaupun pendidikan dulu telah menngunakan teknologi, tetapi teknologinya, masih sangat sederhana seperti penggunaan papan tulis, kapur grip atau buku. Maka seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat maka teknologi yang digunakan dalam pendidikan merupakan teknologi maju seperti audio video cassette, overhead projector, film slide, televisi, tape recorder, computer bahkan saat ini pembelajaran telah, menggunakan CD-ROOM dan Internet.
Penggunaan berbagai media yang merupakan produk teknologi tersebut dirasakan sangat membantu penyelenggaraan pendidikan utamanya dalam proses belajar dan mengajar. Kegiatan belajar mengajar berjalan lebih dinamis, efektif dan lebih berkesan bagi siswa. Yang lebih maju lagi dalam pemanfaatan produk teknologi dalam pendidikan adalah berkembangnya system pembelajaran dengan elektronik yang dikenal dengan e-learning.
Pendidikan kita belum optimal, dan ini disinyalir karena belum digunakannya metode pendidikan kontemporer, termasuk teknologi pendidikan mutakhir. Teknologi pendidikan lebih sering dipahami secara konvensional dengan lab-lab yang relatif mahal dan akibatnya tidak terjangkau oleh mayoritas sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi.[1]
Dan dengan demikian, jika dikaitkan dengan pembelajaran PAI maka yang dimaksud media pembelajaran PAI adalah segala sesuatu (baik berbentuk alat cetak, non cetak maupun bentuk lainnya) yang dapat digunakan untuk melakukan proses transmisi pesan-pesan pembalajaran bagi siswa yang sedang mempelajari materi PAI agar terjadi proses belajar dalam dirinya secara efektif dan efesien serta menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran PAI dapat tercapai dengan baik. Makna menyenangkan disini dimaksudkan bahwa penggunaan media dalam pembelajaran PAI hendaknya menumbuhkan semangat belajar yang tinggi dan menggairahkan serta tidak membosankan.
B.      KONSEP  MEDIA
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan di Amerika membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Gegne mengatakan bahwa media adalah pelbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat meransangnya untuk belajar. Sementara Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta meransang siswa untuk belajar.[2]
Asosiasi pendidikan Nasional memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Apa pun batasan yang diberikan, ada persamaan di antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat meransang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.[3]
Media pendidikan tidak terlepas dari teknologi pendidikan, sehingga sebelum menguraikan pengertian media pendidikan perlu kita memahami arti dari teknologi pendidikan secara umum dan teknologi pendidikan islam secara khusus, dengan demikian, pendidikan teknologi adalah pendidikan untuk menumbuhkan technological-attitude (sikap benar berteknologi) dan technological-quotient (kecerdasan berteknologi) sehingga orang memiliki motivasi, inisiatif dan kreativitas untuk melek teknologi, merebut teknologi, dan mengembangkan teknologi. Sedang teknologi pendidikan adalah teknologi yang didesain untuk mendukung aktivitas pendidikan secara komprehensif. Aktivitas pendidikan adalah aktivitas untuk membentuk manusia seutuhnya, yakni yang memiliki kedalaman iman, kecerdasan akal, kepekaan nurani, keluasan wawasan, kebijakan sikap, kreativitas karya, kehalusan estetika, keberanian berjuang dan seluruh nilai-nilai positif lainnya.
Dengan memahami pokok masalah di atas, maka jelas bahwa posisi Islam di sini adalah untuk memberi arah dan nilai dari pendidikan, dan demikian pula teknologi pendidikan. Karena itu teknologi pendidikan Islam bukanlah sekedar teknologi untuk membantu siswa belajar shalat atau belajar membaca Qur’an, namun teknologi yang seluas pendidikan itu sendiri. Teknologi pendidikan Islam membuat siswa mudah memahami sains dan ilmu-ilmu apapun, mampu menghubungkannya dengan Sang Pencipta dan menyadari apa tujuan diciptakannya alam serta bagaimana sains itu dapat dimanfaatkan secara syar’i. Dia akan menguasai sains dalam pandangan hidup Islam. Teknologi ini mengakselerasi siswa mendapatkan tujuan-tujuan pendidikan, sehingga membantu mengatasi keterbatasan kemampuan guru, sempitnya ruang kelas, kekurangan buku dan terbatasnya dana.
Secara harfiah media diartikan “perantara” atau “pengantar”. AECT (Association for Educational Communication and Technology) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran informasi. Robert Hanick dan kawan-kawan (1986) mendefinisikan media adalah sesuatu yang membawa informasi antara sumber (source) dan penerima (receiver) informasi. Masih dalam sudut yang sama Kemp dan Dayton mengemukakan peran media dalam proses komunikasi sebagai alat pengirim (transfer) yang mentransmisikan pesan dari pengirim (sender) kepada penerima pesan atau informasi (receiver).
Sedangkan Oemar Hamalik mendefinisikan, media sebagai teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Media pembelajaran merupakan perantara atau alat untuk memudahkan proses belajar mengajar agar tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. [4]
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat atau metodik dan teknik yang digunakan sebagai perantara komunikasi antara seorang guru dan murid dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan pengajaran di sekolah.
C.      KEDUDUKAN MEDIA
Pembelajaran adalah suatu kegiatan sistem. Media merupakan bagian dari komponen sistem pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, media bukan hanya dipandang sebagai alat peraga atau alat bantu dalam mengajar bagi guru, dan bukan pula sebagai selingan mengajar, tetapi media merupakan bagian yang tak terpisahkan dari setiap kegiatan pembelajaran. Karena ia berperan sebagai pembawa atau penyaji informasi pembelajaran yang dibutuhkan siswa dan sekaligus sebagai sumber pembelajaran. Dengan demikian, maka jelaslah kedudukan media dalam pembelajaran merupakan factor penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan dari proses pembelajaran itu sendiri.
Menurut Yusuf hadi Miarso (1984:100) penggunaan media dalam pembelajaran janganlah sekedar dianggap sebagai upaya membantu guru yang bersifat pasif, artinya yang penggunaannya semata-mata ditentukan oleh guru. Melainkan merupakan upaya membantu anak-anak untuk belajar, kalau perlu dengan cara individual (berinteraksi seara individual dengan media) dan secara berkelompok kecil dengan sesama teman kelas. Hal ini dapatlah dipahami bahwa media merupakan suatu sistem dalam pembelajaran itu sendiri. Sistem adalah sebagai suatu kesatuan dari berbagai elemen atau bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dan berinteraksi secara dinamis untuk mencapai hasil yang diharapkan(Pannen, 2005:5)[5]
D.     FUNGSI MEDIA
Untuk lebih jelasnya berikut  ini akan dijelaskan tentang fungsi media dalam proses belajar mengajar di sekolah, sebagai berikut:
1.      Dapat membantu kemudahan belajar  bagi siswa dan kemudahan mengajar bagi guru.
Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan banyak manfaat, disatu pihak akan memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran  yang sedang diajarkan karena siswa secara langsung dapat berinteraksi  dengan obyek yang menjadi bahan kajian. Sedangkan di pihak lain, penggunaan media pengajaran dapat mewakili sesuatu yang tidak dapat disampaikan guru melalui komunikasi verbal, sehingga kesulitan siswa memahami konsep dan prinsip tertentu dapat teratasi. Bahkan dengan kehadiran media diakui  dapat melahirkan umpan balik  yang baik dan siswa.
2.      Melalui alat bantu konsep/tema pengajaran yang abstrak dapat diwujudkan dalam bentuk kongkrit
Penggunaan media pengajaran dalam pembelajaran khususnya pada materi pelajaran  yang bersifat abstrak yang sukar dicerna  dan dipahami oleh setiap siswa terutama materi pelajaran yang rumit dan kompleks sangat perlu dilakukan. Hal ini terkait  dengan materi pelajaran   yang di dalamnya terdapat sejumlah konsep-konsep yang masih bersifat abstrak,   misalnya untuk menjelaskan sistem peredaran darah  pada manusia, proses terjadinya hujan, proses terjadinya gerhana matahari, dan lain-lain. Di mana kadang-kadang untuk menjelaskan  dan menggambarkannya melalui kata-kata sangat sulit, siswa pun sulit untuk memahaminya.
Untuk menjadikan  materi pelajaran yang sukar dimengerti menjadi jelas dan mudah, maka diperlukan adanya media. Oleh karena itu media pengajaran  merupakan sarana yang dipergunakan  agar pembelajaran  dapat berlangsung  dengan baik, memperdekat dan  memperlancar jalan ke arah pencapaian  tujuan pembelajaran  yang telah ditetapkan.
3.      Kegiatan belajar  mengajar tidak membosankan dan tidak monoton
Salah satu faktor penyebab rendahnya daya serap dan tingkat pemahaman siswa dalam menerima pelajaran, khususnya pada materi  pelajaran yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi yang sukar  untuk diproses  oleh siswa, oleh karena kurangnya  pengetahuan guru tentang variasi dalam mengajar hanya  menggunakan satu jenis metode saja seperti metode ceramah di mana siswa hanya menjadi pendengar saja. Belum lagi jika materi yang disampaikan itu kurang diminati  siswa, sehingga mereka akan cepat merasa bosan dan kelelahan dan hal tersebut tidak mereka hindari. Itu semua disebabkan karena penjelasan guru  yang sukar  untuk dicerna dan dipahami.
Seorang guru yang bijaksana tentu sadar bahwa kebosanan  dan kelelahan siswa adalah berpangkal dari guru  itu sendiri.  Di mana penjelasan yang ia berikan itu simpang siur dan tidak ada fokus permasalahannya. Sehingga membuat siswa menjadi bingung. Jika guru tidak memiliki  kemampuan untuk menjelaskan suatu materi pelajaran dengan baik, maka kehadiran media sangat diperlukan sebagai alat bantu  pengajaran  guna memperlancar  proses belajar mengajar.
Untuk itu, bagi seorang tenaga pengajar sangat dituntut untuk membekali  dirinya dengan pengetahuan dan keterampilan dalam menentukan  strategi  dalam mengajar. Salah satunya  dengan menggunakan  media pengajaran. Hal tersebut dapat membuat kegiatan pembelajaran lebih menarik dan disatu sisi membuat pelajaran tidak monoton dan tidak membosankan bagi siswa. Selain itu metode mengajar akan lebih bervariasi  tidak semata-mata komunikasi  verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.[6]
4.      Segala alat indera dapat menafsirkan dan turut berdialog sehingga kelemahan dari salah satu indera dapat diimbangi oleh kekuatan indera lain.
Kegiatan belajar  yang dibarengi  dengan penggunaan media pengajaran   akan memudahkan siswa memahami penjelasan guru yang menggunakan alat peraga. Karena dalam menerima pelajaran di samping  menggunakan indera penglihatan (mata) juga menggunakan indera pendengaran (telinga). Tiap-tiap siswa mempunyai kemampuan indera yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatan. Demikian  juga kemampuan dalam berbicara. Ada siswa yang lebih suka/senang  membaca, ada yang lebih suka mendengarkan dulu baru membaca, dan begitu pun sebaliknya.
Dengan kehadiran media pengajaran, kelemahan indera yang dimiliki  tiap siswa dapat diatasi. Misalnya,  guru dapat memulai pelajaran dengan metode ceramah kemudian dilanjutkan dengan memperlihatkan/ memberikan contoh konkrit. Dengan cara seperti ini dapat memberikan stimulus terhadap indera siswa.
Efektivitas proses belajar mengajar (pembelajaran) sangat dipengaruhi oleh faktor metode dan media pembelajaran yang digunakan. Keduanya saling berkaitan, dimana pemilihan metode tertentu akan berpengaruh terhadap jenis media yang akan digunakan. Dalam arti bahwa harus ada kesesuaian diantara keduanya untuk mewujudkan tujuan pembelajaran. Walaupun ada hal-hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam pemilihan media, seperti: konteks pembelajaran, karakteristik pembelajar, dan tugas atau respon yang diharapkan dari pembelajar. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.[7]
Sedangkan secara lebih khusus manfaat media pembelajaran adalah:
1.      Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan 
Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun berada.
2.      Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik 
Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.
3.      Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif 
Dengan media akan terjadinya komunikasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah[8]
Tetapi Levi & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pengajaran, khususnya media visual, yaitu:
1.    Fungsi atensi, media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
2.    Fungsi afektif, media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan sisiwa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
3.    Fungsi kognitif, media visual dapat terlihat dari temuan-temuan penelitian yang menggungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mrngingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4.    Fungsi kompensatoris, media pengajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pengajaran untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.[9]
E.      URGENSI MEDIA
Dalam tahun-tahun belakangan ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam pembelajaran ke arah paradigma konstruktivisme. Menurut pandangan ini bahwa pengetahuan tidak begitu saja bisa ditransfer oleh guru ke pikiran siswa, tetapi pengetahuan tersebut dikonstruksi di dalam pikiran siswa itu sendiri. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa (teacher centered), tetapi yang lebih diharapkan adalah bahwa pembelajaran berpusat pada siswa (student centered).
Dalam kondisi seperti ini, guru atau pengajar lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran. Jadi, siswa atau pebelajar sebaiknya secara aktif berinteraksi dengan sumber belajar, berupa lingkungan. Lingkungan yang dimaksud (menurut Arsyad, 2002) adalah guru itu sendiri, siswa lain, kepala sekolah, petugas perpustakaan, bahan atau materi ajar (berupa buku, modul, selebaran, majalah, rekaman video, atau audio, dan yang sejenis), dan berbagai sumber belajar serta fasilitas (OHP, perekam pita audio dan video, radio, televisi, komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat-pusat sumber belajar, termasuk alam sekitar).
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut di atas, maka proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan (isi atau materi ajar) dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan (siswa/pebelajar atau mungkin juga guru). Penyampaian pesan ini bisa dilakukan melalui simbul-simbul komunikasi berupa simbul-simbul verbal dan non-verbal atau visual, yang selanjutya ditafsirkan oleh penerima pesan (Criticos, 1996).
 Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.[10]
F.       ANALISIS
            Dalam proses  belajar mengajar  masalah kegiatan siswa adalah salah satu hal yang menjadi pusat perhatian bagi seorang guru.  Apapun yang dilakukan oleh guru tidak lain adalah suatu upaya untuk menciptakan  lingkungan belajar yang dapat merangsang  siswa dan mengarahkan mereka dalam belajar.  Agar kegiatan pembelajaran  dapat merangsang  siswa untuk aktif dan kreatif dalam belajar, tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. 
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menuju ke arah itu adalah dengan cara memperhatikan variasi dalam mengajar  agar tidak menimbulkan kejenuhan bagi siswa. Berdasarkan hal tersebut seorang guru dituntut  untuk memperkaya dirinya  dengan berbagai ilmu pengetahuan untuk mendukung tugasnya sebagai pengajar.
 Peranan guru adalah sebagai mediator bagi para siswa. Untuk melaksanakan  peranan tersebut seorang guru hendaknya memiliki kemampuan  dan keterampilan  dalam  merancang dan  memanfaatkan media pengajaran. Pada dasarnya fungsi media pengajaran adalah merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan  informasi  dalam kegiatan belajar mengajar agar lebih  efektif dan efisien. Dengan demikian keberadaan media dalam dunia pendidikan merupakan bagian  yang cukup penting dalam  mencapai tujuan instruksional. Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran.
G.     KESIMPULAN
Media merupakan suatu perantara (alat) untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan media yang tepat dapat menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran. Hal ini akan lebih mempermudah bagi guru dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Seperti yang kita ketahui media pembelajaran itu banyak macamnya. Untuk proses belajar mengajar yang baik kita harus menggunakan media pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu guru harus dapat memilih media yang sesuai dengan bahan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik dan lancar.
Keberhasilan Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran penting di sekolah baik pada jenjang pendidikan dasar maupun pendidikan menengah terlebih pada madrasah yang menjadikan Islam sebagai ciri khasnya sangat dipengaruhi oleh strategi pembelajaran yang dilakukan guru. Selain penggunaan multi metode dalam proses pembelajaran, guru agama saat ini juga harus memanfaatkan berbagai media yang saat ini telah tersedia dalam berbagai bentuk dan jenisnya di pasaran, mulai dari yang jenis dan bentuknya sederhana sampai kepada multimedia (berbasiskan computer).
Kreatifitas guru dalam proses pembelajaran di kelas yakni menggunakan multi metode, memanfaatkan dan memberdayakan media ditunjang dengan penciptaan suasanan religius di lingkungan sekolah dan keteladanan guru diharapkan mampu meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa.

H.     DAFTAR PUSTAKA
Asnawir, Media Pendidikan, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
Azhar Arsyad, Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005),  h. 25.
Benni Agus Pribadi, Media Pendidikan, Jakarta: Universitas Terbuka, 1996.
Dawit, M. Yusuf, Komunikasi pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung 1990,
Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan, Semarang: RoSail, 2005.
Nasution, S., Teknologi Pendidikan, Bandung: Jemars, 1983.
 Sudarman Danim, Media Komunikasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Sudjana, Nana, Media Pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 1990.
 Yusuf Hadi Miarso dkk., Teknologi Komunikasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 1984.














Diakses : 8 Mei 2013 Jm. 15.00
[5] http://teknohidayatina.blogspot.com/2008/11/media-dan-sumber-belajar.html
Diakses: 11 Mei 2013 Jm. 18.30
[6].Azhar Arsyad, Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005),  h. 25. Diakses: 11 Mei 2013 Jm. 18.40
Diakses: 11 Mei 2013 Jm. 19.00

[9] http://stitattaqwa.blogspot.com/2012/04/konsep-dasar-media-pembelajaran-pai.html
Diakses: 11 Mei 2013 Jm. 19.20



2 komentar:

  1. Terima kasih Sangat bermanfaat...
    Gratis, 10 Iklan anda tampil di Blog/Web orang lain & mendapat income, www.incomeklik.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Betway Casino Review - Mapyro
    The Betway Casino Review provides you with a comprehensive gambling you can 출장샵 play slots online, you can 당진 출장안마 play for a chance to win 상주 출장마사지 real money 군포 출장마사지 with 대구광역 출장안마 a new

    BalasHapus